Mefasilitasi Sastra bagi Disabilitas, Indah Darmastuti Tergerak Mendirikan Difalitera

Mendengar ungkapan mengenai banyaknya karya sastra yang belum bisa diakses secara braille, Indah Darmastuti, seorang sastrawan Solo berusaha menyediakan karya sastra berbentuk audio bagi teman-teman difabel, khususnya netra, dengan mendirikan Difalitera.

            Indah Darmastuti adalah seorang penulis asal Solo, Jawa Tengah, yang lahir pada 12 Maret 1973. Sebagai penulis, ia tergabung dalam sebuah komunitas sastra yang mana pada tahun 2016, ia aktif berbincang seputar sastra di salah satu media. Tibalah dia membahas mengenai sastra dan disabilitas dengan narasumber seorang difabel netra dan seorang difabel tuli wicara, narasumber tersebut mengungkapkan banyaknya karya sastra yang saat ini belum bisa diakses melalui braille. Meskipun terdapat aplikasi pembaca layar untuk membaca karya sastra, namun Indah merasa kurangnya emosi yang dirasakan pada suaranya. “Ada aplikasi pembaca layar yang bisa membaca karya sastra, tetapi karya sastra itu kalau dibaca mesin tentu saja kurang nyaman karena tidak ada emosi di situ,” Ujar Indah (23/6).

            Sejak saat itu, Indah tergerak untuk memfasilitasi karya sastra bagi disabilitas. Namun, rancangan yang ia miliki tidak langsung terwujud. Berbagai upaya telah dilakukannya, mulai dari merekam menggunakan gawai hingga meminjam studio tanpa sewa kepada temannya yang bekerja di radio, tetapi masih belum berhasil. Di tengah kegelisahannya itulah, datang mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang meminta izin kepadanya untuk menceritakan bukunya dalam bentuk audio. Setelahnya, difalitera lahir dan terbentuk. Indah mengatakan bahwa ia kemudian menghubungi teman-teman penulis untuk mengaudiokan karya-karyanya dengan melibatkan teman-teman difabel daksa untuk menjadi narator, “Aku mengontak beberapa teman-teman penulis untuk mengaudiokan karya-karya sastra mereka. Aku juga melibatkan beberapa teman-teman difabel untuk proses pembuatan audio itu. Beberapa teman difabel daksa kami latih untuk membaca, menjadi narator.” Tutur Indah (23/6).

            Indah juga memberikan wadah bagi teman-teman yang ingin mengirimkan karya sastranya dan mengubahnya ke dalam bentuk audio melalui difalitera. Karya-karya sastra baru yang telah dimuat dalam difalitera akan langsung dikirimkan kepada teman-teman netra. Indah mengatakan bahwa beberapa dari mereka akan memberikan feedback. Kalau ada karya baru, sudah kirim aja ke mereka. Nanti biasanya akan ada feedback. Misalnya ada feedback, ini musiknya enggak cocok, ini bacanya kecepetan, ini bacanya terlalu lambat,”Ujar Indah (23/6).

            Melalui adanya difalitera ini, Indah berharap agar teman netra dapat memiliki semangat untuk mengenal sastra makin dekat dan belajar menulis karena baginya seseorang yang memiliki pendidikan dan skill serta pengetahuan yang luas akan mudah menjangkau kesetaraan. Kalau harapanku pada temen-temen netra, menurutku menulis bisa dipikirkan, artinya bisa dipertimbangkan sebagai pilihan. Kalau aku, martabat manusia itu berada pada pendidikan. Jadi, kalau teman-teman itu punya pendidikan dan mempunyai skill, pengetahuannya luas, tetap kesetaraan itu mudah dijangkau,Ujarnya (23/6). Indah juga berharap agar para sastrawan dapat bersama-sama menciptakan ruang perjumpaan yang lebih luas lagi bagi teman netra agar dapat saling memahami dan membuka peluang bagi teman-teman tunanetra untuk berkolaborasi, bahkan bisa menjadi seorang sastrawan.

_Syahla Ayu Yasinta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *