Dalam beberapa tahun terakhir, MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) telah populer di dunia media sosial. Banyak pengguna membagikan hasil tes MBTI mereka, berdiskusi tentang tipe kepribadian masing-masing, dan mencari hubungan antartipe kepribadian dengan aspek-aspek lain dari kehidupannya. Kepopuleran MBTI ini menunjukkan bahwa banyak orang tertarik untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain untuk dapat memperbaiki komunikasi dan penempatan di lingkungan pekerjaan maupun organisasi.
MBTI adalah alat ukur kepribadian untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tipe kepribadian seseorang berdasarkan empat dimensi utama, yaitu E (Ekstrovert) atau I (Introvert), S (Sensing) atau N (Intuition), T (Thinking) atau F (Feeling), dan J (Judging) atau P (Perceiving). Setiap kombinasi dari empat dimensi utama ini akan menghasilkan 16 tipe kepribadian berbeda yang dapat memberikan pengetahuan tentang cara seseorang berpikir, berinteraksi, serta membuat keputusan.
Dimensi pertama dalam MBTI adalah Ekstrovert (E) dan Introvert (I). Dimensi ini berhubungan dengan sumber energi seseorang. Tipe Ekstrovert cenderung mendapatkan energi ketika aktif berinteraksi dengan orang lain, sedangkan Introvert cenderung mendapatkan energi ketika menyendiri dan senang berinteraksi secara intim atau hanya berdua. Dimensi ini menjelaskan mengapa ada orang yang nyaman bekerja berkelompok dan berbicara dengan banyak orang dan ada yang lain lebih memilih bekerja sendiri dan membutuhkan waktu menyendiri untuk mengisi ulang energinya.
Dimensi kedua adalah Sensing (S) dan Intuition (I), yang berfokus pada bagaimana seseorang mengumpulkan informasi. Individu dengan tipe Sensing menyukai belajar dan mencoba hal-hal baru dan pemikirannya detail serta realistis, sementara individu dengan tipe Intuition lebih menjurus pada pemikiran yang abstrak, imajinasi, dan intuisi. Tidak jarang mereka memikirkan berbagai kemungkinan dan lebih suka melihat ke depan daripada fokus pada realita saat ini.
Dimensi ketiga, Thinking (T) dan Feeling (F). Dimensi ini mengacu pada cara seseorang membuat keputusan. Individu dengan tipe Thinking akan membuat keputusan berdasarkan logika dan fakta, sedangkan tipe Feeling lebih mengambil keputusan berdasarkan perasaan yang dirasakan saat itu juga, baik perasaan pribadi maupun perasaan orang lain. Tipe ini sering mempertimbangkan dampak emosional dari suatu keputusan dan berfokus pada keharmonisan hubungan.
Dimensi keempat, Judging (J) dan Perceiving (P). Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang menata hidupnya. Tipe Judging cenderung lebih terorganisir dan suka merencanakan segalanya sesuai dengan detail serta nyaman dengan struktur dan keteraturan. Sebaliknya, tipe Perceiving lebih fleksibel, spontan, dan nyaman dengan perubahan. Tipe ini sangat terbuka dengan berbagai kemungkinan.
Satu di antara alasan mengapa MBTI begitu populer di media sosial adalah karena banyak orang merasa deskripsi tentang tipe-tipe kepribadian yang dihasilkan, sangat mencerminkan kepribadian mereka. Bahkan MBTI juga sering digunakan dalam pengembangan diri, seperti untuk memahami tipe kepribadian teman serta menyesuaikan gaya komunikasi agar lebih efektif.
Namun, MBTI tentu memiliki kekurangan, yaitu minimnya dukungan ilmiah yang kuat dan dapat mengarah pada stereotip yang membatasi individu untuk berkembang. Oleh karena itu, MBTI sebaiknya digunakan untuk refleksi dan pemahaman diri, bukan sebagai satu-satunya dasar dalam pengambilan keputusan penting dalam kehidupan pribadi atau profesional.
Meskipun MBTI memiliki popularitas yang luas dan kerap dianggap sebagai alat yang berguna untuk memahami diri sendiri, penggunaannya perlu dilengkapi dengan pemahaman bahwa kepribadian manusia jauh lebih kompleks daripada tipe-tipe yang telah dijelaskan. MBTI dapat menjadi titik awal yang baik dalam pengembangan diri, tetapi penting untuk memanfaatkannya dengan bijak dalam membuat keputusan yang berdampak besar pada kehidupan.
_Shafa
