Rabu (20/10/2025) – Mahasiswa Solo Raya menggelar aksi “Evaluasi dan Tagih Janji” di Tugu Kartasura pukul 16.50 WIB. Aksi ini bertujuan untuk mengevaluasi satu tahun masa pemerintahan Prabowo-Gibran, terutama terkait MBG dan 19 juta lapangan pekerjaan yang dijanjikan.
Aksi satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus di Solo Raya dan sekitarnya serta diinisiasi dari pandangan para mahasiswa tentang pemerintahan Prabowo-Gibran yang baru berlangsung satu tahun. Namun, nyatanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan masih bertentangan dengan masyarakat.
Ridwan selaku koordinator BEM pusat Solo Raya pada aksi tersebut menjelaskan bahwa MBG (Makan Bergizi Gratis) yang menjadi program unggulan tidak diawasi dengan ketat, terdapat juga kasus keracunan pada siswa yang terjadi di Sukoharjo dan Karanganyar. “Tetapi MBG yang menjadi program unggulan tidak benar-benar diawasi dengan ketat, dimana masih banyak sekali hal-hal yang tidak diingat, seperti contohnya di Sukoharjo dan Karanganyar, sudah ada tragedi keracunan, perlu adanya evaluasi,” ucap Ridwan selaku koordinator pada aksi tersebut (20/10/2025).
Miftah selaku anggota BEM Universitas Muhammadiyah Karanganyar yang mengikuti aksi ini merasa resah karena MBG tidak merata di seluruh Indonesia. Dikarenakan pada daerah pelosok makanan yang diberikan sering kali berupa makanan varian, “tidak makanan bergizi”. Dimas selaku orator pada aksi tersebut menyatakan bahwa program ini belum tepat sasaran, karena hanya menyentuh siswa di bangku sekolah, sementara anak-anak yang tidak bersekolah tidak mendapatkan manfaat makan gratis. Dimas menyarankan agar MBG diuji coba di satu wilayah terlebih dahulu untuk memastikan kelancaran program sebelum didistribusikan secara massal. Ia juga berpendapat bahwa MBG diberhentikan saja karena memangkas banyak anggaran, “Kalau menurut saya, mending pertama dievaluasi dan kalau bisa dihentikan. Karena anggarannya memangkas banyak sekali,” ucapnya (20/10/2025).
Menindaklanjuti aksi tersebut, Ridwan menyampaikan bahwa sejumlah mahasiswa telah berkoordinasi dengan aliansi daerah lain seperti Semarang, Banyumas, dan Pekalongan. Mereka sepakat untuk melakukan diskusi terbuka dengan mengundang Gibran untuk menanyakan terkait janji-janji selama ini di kota Surakarta. “Kalau memang Gibran tidak mau datang, padahal ini di kota kita sendiri, itu membuktikan bahwa Gibran tidak benar-benar mau memenuhi janji-janji yang diberikan,” tegas Ridwan (20/10/2025).
_fadel_udin
