Merangkul Inklusi: UKM Buka Pelukan Lebar Untuk Teman Disabilitas

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan ruang untuk mahasiswa dalam pengembangan bakat dan bakat. Namun, teman disabilitas jarang terlihat dalam keanggotaan UKM. Hal ini mengundang perhatian apakah terdapat kendala yang mereka hadapi dan sejauh mana kampus menyediakan dukungan bagi mereka.

Menurut website resmi Universitas Sebelas Maret (UNS.ac.id), UNS merupakan universitas yang menerima anugerah kehormatan Inclusive Award dalam bidang pendidikan yang diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia pada tahun 2012. Di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Gedung E menjadi satu gedung yang ramah bagi teman-teman disabilitas. Gedung ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas aksesibilitas seperti lift, jalur landai, hingga toilet yang dirancang untuk memudahkan mobilitas mahasiswa dengan kebutuhan khusus.

Namun fasilitas untuk teman disabilitas di gedung lain masih kurang merata sehingga menyulitkan mereka dalam melakukan aktivitas lainnya. “Orientasi dan mobilitas aku tuh masih sama-sama kurang,” tutur Ayu, mahasiswi penyandang tuna netra (30/10). Tidak meratanya fasilitas ini juga menjadi hambatan besar untuk teman disabilitas ketika ingin berpartisipasi aktif dalam kegiatan diluar perkuliahan seperti UKM.

Ketty selaku kepala departemen media komunikasi LSP (Lingkar Studi Pendidikan) menyebutkan bahwa dirinya mendukung dan menerima teman disabilitas untuk mengikuti kegiatan UKM. Namun kurangnya fasilitas ini menyebabkan banyak teman disabilitas takut dalam mengikuti kegiatan diluar perkuliahan. “Akomodasinya tuh kurang gitu, akhirnya mereka tuh terkadang nanti aku ke sana gimana ya,” terang Ketty (24/10).

Dharma selaku ketua UKM Teater Peron juga menyatakan bahwa UKM Peron terbuka terhadap semuanya. Semua orang dapat bergabung dengan UKM Peron. “Menerima semua dengan ya sama-sama belajar sama-sama mengerti satu sama lain,” tutur Dharma saat diwawancarai di Gedung Sekretariat UKM (24/10).

Terciptanya lingkungan inklusif tidak hanya soal fasilitas yang ramah namun perlu kolaborasi dari berbagai pihak. Dalam merangkul teman disabilitas pemahaman pengurus UKM terhadap lingkungan inklusif juga perlu diperhatikan. Ayu menuturkan bahwa teman disabilitas merasa khawatir untuk mengikuti kegiatan UKM dikarenakan pada prodi PLB (Pendidikan Luar Biasa) yang merupakan prodi dengan fokus pada pendidikan inklusif pun kurang fleksibel. Hal ini menjadikan keresahan, bagaimana nanti di UKM yang didominasi oleh orang awam. ”Di UKM itu nanti kira-kira ada yang sebel nggak ya,” ungkap Ayu (30/10).

Hal ini menjadikan perhatian khusus untuk UKM dalam mengakomodasi teman disabilitas yang ingin bergabung. Dharma menuturkan bahwa pada UKM Peron tidak membeda-bedakan dan akan bersikap sesuai dengan porsinya kepada semua anggotanya baik disabilitas maupun non disabilitas. Ketty juga berpendapat bahwa UKM dapat menjalankan pelatihan khusus agar nyaman untuk berkomunikasi satu sama lain. “Bagaimana cara berkomunikasi sama mereka gitu agar saling enak gitu,” ujar Ketty (24/10).

Dengan adanya akomodasi dan sikap saling menghargai, Ayu mengungkapkan bahwa pihaknya berharap UKM dapat mengajak teman-teman difabel untuk ikut UKM dan dapat menuntun atau membimbing mereka dalam kegiatan UKM. Ketty dan Dharma memiliki tanggapan dan harapan yang sama, mereka ingin kita sebagai mahasiswa bisa menerima dan saling menghargai satu sama lain dengan teman-teman disabilitas. ”Aku berharap dari setiap UKM FKIP itu tidak ada perbedaan apapun antara anak disabilitas dan seperti kita,” pungkas Ketty (24/10).  Selain itu, mereka juga berharap pihak fakultas melirik dari segi fasilitas dan akomodasi di ruang lingkup sekretariat UKM FKIP UNS agar dibenahi.

_Renggani_Zulfa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *