Di tengah kesibukan mahasiswa yang berlalu-lalang, Aria dengan penuh semangat dan harapan memulai harinya sebagai mahasiswa baru. Hari pertama kuliah, Aria merasa penuh debar. Ia mengenakan baju terbaik dan berusaha tampil percaya diri. Di kelas, ia melihat berbagai wajah baru, ada yang tampak percaya diri, ada juga yang terlihat bingung seperti dirinya.
Seorang dosen yang pertama kali ia temui, hari itu mengucapkan sepatah kata, yang bagi Aria adalah awal dari petualangannya.
“Selamat datang di dunia perkuliahan! Di sini, kalian akan belajar lebih dari sekadar teori. Kalian akan belajar tentang kehidupan,” kata dosen itu dengan suara yang menggelegar.
Bukan sekadar ucapan selamat datang, kata itu membentuk tekad Aria untuk tidak hanya belajar akademik, tapi juga memahami kehidupan.
Minggu-minggu awal kuliah, Aria bertemu dengan beberapa teman baru. Dika, si humoris yang selalu bisa membuat suasana ceria. Sari, gadis cerdas yang selalu siap membantu. Juga Rudi, si pemimpi yang memiliki banyak ide kreatif. Mereka menjadi sahabat dekat dan sering menghabiskan waktu bersama di kafe kampus setelah kuliah.
Semester demi semester telah berlalu, tapi kehidupan perkuliahan dirasa makin hari makin membuat Aria lelah. Suatu malam, saat Aria dan teman-temannya berkumpul di kafe, Dika berkata, “Kita harus mempersiapkan diri untuk magang! Itu penting untuk pengalaman kita nanti.” Aria merasa tertekan. Ia belum pernah bekerja sebelumnya dan tidak tahu harus mulai dari mana. Untungnya Aria memiliki teman yang sangat sigap membantu dan mendukungnya dalam mengatasi masalah, semua terasa lebih mudah sekarang.
Beberapa bulan berlalu, Aria dan teman-temannya mulai mencari peluang magang. Mereka mengirimkan banyak lamaran, tapi hasilnya tidak selalu memuaskan. Ia mengalami penolakan demi penolakan. Malam itu, ia pulang dengan hati hancur setelah mendapat kabar bahwa lamaran magangnya ditolak lagi.
“Kenapa aku selalu gagal?” pikirnya sambil menatap langit malam.
Namun, Sari mengingatkannya, “Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Jangan menyerah!”
Kata-kata Sari menyentuh hati Aria. Ia memutuskan untuk bangkit, mencoba lagi, memperbaiki CV-nya, dan meminta masukan dari teman-teman.
Akhirnya, Aria mendapatkan panggilan wawancara dari sebuah perusahaan start-up yang bergerak di bidang teknologi. Dia gugup tapi bersemangat. Dengan persiapan matang dan dukungan dari teman-temannya, Aria menghadapi wawancara itu dengan penuh percaya diri. Beberapa hari kemudian, Aria menerima email yang membuatnya melompat kegirangan, ia diterima magang! Kebahagiaannya tak terhingga. Inilah langkah pertama menuju impiannya.
Selama magang, Aria belajar banyak hal baru. Dia bertemu berbagai orang hebat dan menghadapi tantangan yang mengasah kemampuannya. Dia belajar untuk bekerja dalam tim, berpikir kritis, dan mengelola waktu dengan baik. Sesekali, saat presentasi proyek kelompoknya mendapatkan pujian dari atasan, Aria merasa bangga akan pencapaiannya. Ia menyadari semua usaha dan kerja kerasnya berbuah hasil.
Setelah menyelesaikan magangnya, Aria kembali ke kampus dengan pengalaman berharga dan rasa percaya diri yang baru. Ia menyadari bahwa perjalanan hidup tidak selalu mulus, ada juga lika-liku yang harus dilalui. Namun, setiap langkah, baik atau buruk, adalah bagian dari proses belajar yang membentuk dirinya menjadi lebih baik. Aria kini siap menghadapi dunia setelah kuliah dengan semangat dan optimisme baru. Bersama teman-temannya, ia melangkah maju menuju masa depan yang cerah.
Sore itu, mereka duduk di bawah langit yang sangat indah ditemani semburat merah muda. Ini adalah akhir semester di tahun ketiga mereka. Rudi berkata dengan senyuman lebar, “Kita sudah melalui banyak hal bersama! Ini baru permulaan.”
Aria tersenyum kembali. “Ya! Kita akan terus melangkah bersama.”
Dengan semangat persahabatan dan harapan di hati mereka, mereka siap menghadapi tantangan berikutnya dalam kehidupan kuliah dan seterusnya.
_Aprilia