Peron Sukses Gelar “Malam Terakhir” di Selasar Gedung UKM

Minggu (18/05/2025) – Pentas Laborat tahunan Kelompok Teater Peron, yang bertajuk “Malam Terakhir”, berhasil digelar di selasar gedung UKM FKIP.

Pentas Laborat menjadi ajang uji coba dan unjuk kreativitas bagi anggota baru Kelompok Peron Surakarta. Tidak ada tema khusus pada Laborat kali ini, “Tema sebenarnya tidak ada karena ini Pentas Laborat.Tujuannya sebagai uji coba anggota baru, mengenalkan mereka pada proses pementasan di Peron,” jelas Ayes selaku sutradara pementasan (18/05). “Malam Terakhir” sendiri mengisahkan seorang aktor tua yang kehilangan masa kejayaan seiring penutupan gedung teaternya dan aktor muda yang tak kunjung menemukan peluangnya di panggung hiburan. Penutupan gedung teater memaksa mereka mencari peruntungannya di zaman modern ini.

Kendati persiapan hanya dilakukan selama 1,5 bulan – lebih singkat dari biasanya – para pemain berhasil menyuguhkan penampilan yang memukau. “Agar efektif, kami memadatkan timeline,” ujar sutradara. Proses casting dilakukan untuk memilih aktor serta kru artistik. Tantangan terbesar justru datang dari perubahan lokasi. Mulanya, pementasan direncanakan digelar di Gedung F FKIP. “Awalnya sudah mengurus perizinan gedung F ke pihak fakultas pada akhir bulan April. Namun, H-3 pihak yang bersangkutan mendadak mengonfirmasi bahwa gedung F hendak dipakai acara PPG pada hari Sabtu. Sehingga, kami batal menyelenggarakan pementasan di gedung F,” jelas sutradara. Dengan waktu yang amat terbatas, tim memilih selasar gedung UKM sebagai lokasi alternatif. “Awalnya ada 3 opsi tempat yaitu parkiran gedung C, aula UKM, dan selasar UKM. Namun, karena undangannya banyak dan berbagai pertimbangan lainnya, maka dipilih selasar UKM,” imbuhhnya.

Adli, salah satu aktor, membagikan pengalamannya. “Awalnya saya ingin menjadi kru artistik; musik atau lighting. Tetapi ternyata terpilih menjadi aktor. Awalnya kaget, tetapi saya menikmati prosesnya,” tuturnya (18/05). Ia juga mengakui tantangan dalam memerankan tokoh Pak Rahmat – sang aktor tua yang nyaris putus asa. “Belum pernah memerankan tokoh orang tua dengan fisik dan psikologis seperti itu,” akunya. Adli turut mengungkapkan kekecewaan atas perubahan lokasi. Namun, ia mampu beradaptasi dan berimprovisasi.

Meski demikian, Fotina, seorang penonton, memberikan pujian atas penampilan Teater Peron. “Peron sangat kreatif mampu menyulap selasar UKM menjadi panggung teater. Pentasnya keren, setting maupun aktornya. Pesan yang disampaikan juga dapat diterima dengan baik,” pujinya (18/05). Ia harap kedepannya Peron dapat menampilkan pementasan kreatif lainnya.

Alifia_Scarleta_

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *